Kementerian Agama RI melalui berbagai program telah berupaya meningkatkan kualitas madrasah, khususnya dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan (skill) dan sikap mental untuk menciptakan regenerasi yang unggul dalam IPTEK dan memiliki akhlakul karimah. Saat ini, terdapat ratusan bahkan lebih madrasah yang telah memiliki sarana pembelajaran yang cukup memadai. Namun harus diakui bahwa pemanfaatan sarana tersebut belum maksimal bahkan mungkin sangat minimal sehingga progam-program tersebut nampaknya belum dapat mendorong madrasah untuk berprestasi sesuai dengan idealisme di balik program-program tersebut. Karena itu, diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk mendorong madrasah ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan manusia yang berkualitas dengan pembanguan manusia dan masyarakat Indonesia.
Tagihan terhadap kualitas pendidikan memang tidak dapat secara instan diperoleh dalam waktu singkat. Sebab, sejumlah terobosan program pengembangan pendidikan Islam yang diprakarsai Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, seperti juga pendidikan pada umumnya, adalah sebuah investasi jangka panjang (long term investment) yang setidaknya baru terlihat hasilnya dalam satu atau dua dasawarsa. Namun demikian, mengingat upaya pengembangan pendidikan Islam sudah cukup lama dilakukan, tentu perlu ada alat ukur untuk minimal mengetahui tingkat perkembangan dari serangkaian upaya tersebut.
Perolehan break event point (BEP) terhadap puluhan hingga ratusan milyar anggaran negara yang telah dipergunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam secara nasional, khususnya madrasah dalam jangka pendek dapat diketahui dengan alat ukur pencapaian prestasi akademik siswa-siswanya. Penyelenggaraan kompetisi antar siswa madrasah dalam hal ini merupakan momentum untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari investasi pendidikan di madrasah-madrasah tersebut, terutama pada bidang sains.
Sebagai sebuah alat ukur, memang patut disadari kompetisi sains belum memenuhi kaidah penilaian yang ketat. Karena sebuah kompetisi hanya dapat mengukur tingkat pencapaian hasil belajar siswa setidaknya dari sisi kognitif. Sementara pengukuran hasil belajar yang utuh dan menyeluruh tidak hanya memasukkan instrumen penilaian pada tingkat kognisi atau intelektualitas, melainkan juga afeksi (sikap) dan psikomotor (tindakan) dari hasil belajar siswa.
Meskipun demikian, misi di balik penyelenggaraan kompetisi sains ini tidak semata-mata menjadi sebuah alat ukur untuk mengetahui prestasi atau capaian hasil belajar siswa secara kognitif. Ada sejumlah tujuan dan maksud lain yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan kegiatan kompetisi sains ini. Salah satu yang paling penting adalah sebagai media pencitraan pendidikan Islam pada tingkat nasional, sehingga mendorong kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan Islam di Indonesia.
Selain itu, momentum kompetisi juga dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan semangat berprestasi terutama di kalangan siswa madrasah. Dengan terciptanya iklim kompetitif di antara madrasah-madrasah, secara multiplier effect dapat membentuk habit dan kultur akademik yang kuat di kalangan siswa.
Untuk juknis pelaksanaan Ekspo bisa diunduh di sini